Entri Populer

Kamis, 01 April 2010

ISLAM DI BULUNGAN


Para ahli telah membagi Teori kedatangan Islam, yang dapat digambarkan melalui tiga tahap, yang Pertama “kedatangan” agama Islam di suatu daerah ialah kedatangan orang muslim pertama di daerah tersebut. Tahap Kedua, agama Islam mulai dianut dan dipeluk oleh orang-orang disuatu daerah. Tahap Ketiga, melembaganya Agama Islam didaerah tersebut terutama sekali dalam kaitannya dengan struktur kekuasaan yaitu ditandainya berdirinya Kesultanan Islam. Teori ini dapat dikatakan mampu untuk menjelaskan proses kedatangan dan perkembangan Islam selanjutnya di Bulungan.

Islam dan Bulungan seperti dua sisi mata koin yang tidak bisa dipisahkan. Kontak pertama Islam di Bulungan yaitu peristiwa kedatangan bangsawan Brunei Datuk Mancang dan pengikutnya pada paruh kedua abad ke-16 yang kemudian mengikat dirinya melalui jalan perkawinan dengan Asung Luwan, pemimpin suku Dayak setempat yaitu Dayak Uma Apan telah menjadi pijakan yang cukup kuat dalam penyebaran Islam sendiri, khususnya pada masyarakat Dayak Uma Apan yang kemudian dalam sejarah tradisional Bulungan pernikahan ini diakui sebagai awal terbentuknya suku Bulungan.

Perkembangan agama Islam di Bulungan khususnya kontak pertama, sangat dipengaruhi oleh perlindungan Datuk Mancang dan keluarganya sehingga Islam dapat bertahan dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Bulungan, kebijakan ini sama dijalankan oleh penerusnya yaitu Singa laut (1595-1618 M) dan keturunan-keturunannya yaitu Wira Kelana (1618-1640 M), Wira Keranda (1640-1695 M), Wira Digedung (1695-1731 M) yang sangat menonjol yaitu wira Amir yang kemudian dikenal sebagai Sultan Amiril Mukminin (1731-1777).

Masyarakat Bulungan sendiri terbentuk bersamaan dalam proses kedatangan Islam dalam kontak pertama yang terjadi pada sepanjang abad akhir abad 16 hingga 17 Masehi. Saluran Islamisasi paling menonjol pada masa-masa tersebut adalah lewat media perkawinan (meriage) dan dakwah. Walau demikian memang patut diakui pada masa-masa tersebut, Islam dan kebudayaan Bulungan sedikit banyak saling mewarnai satu dengan lainnya.

Proses sejarah yang panjang ini semakin disempurnakan setelah Kesultanan Bulungan telah berdiri pada paruh pertama abad ke-18 yang tercatat dalam sejarah sebagai kontak kedua Islam di Bulungan yang ditandai kedatangan Said Abdurahman Bilfaqih dari Demak dan melapangkan jalan bagi Wira Amir (Amiril Mukminin) mendirikan Kesultanan Bulungan menjadi momentum besar yang semakin mengukuhkan Islam pada tiap-tiap diri orang Bulungan baik pada kehidupan beragama, politik, sosial, ekonomi maupun budaya. Walaupun demikian Islam Bulungan -sama halnya yang terjadi dianut oleh orang Banjar dan Bugis- memiliki warna tersendiri yang khas, hal ini disebabkan proses yang panjang dalam sejarah penerimaan Islam yang kemudian tidak hanya menjadi agama namun juga menjadi budaya dan identitas resmi bagi orang Bulungan. inilah yang kemudian menciptakan semacam istilah “naik turun tarikan nafas orang Bulungan adalah Islam”.

Islam membawa pencerahan bagi orang Bulungan, tidak hanya dalam hal spiritual namun juga peradaban, khususnya pengenalan mereka terhadap tulisan Arab maupun Jawi atau Arab Melayu, bidang seni dan arsitektur Bulungan yang banyak dipengaruhi oleh penghayatan mereka terhadap nilai-nilai Islam.