blog ini dibuat, sebagai media menggali nilai-nilai sejarah dan budaya Bulungan...
Entri Populer
-
Sejarah terbentuknya sebuah Masyarakat di Kalimantan timur, Khususnya Bulungan tidak lepas dari cerita Legenda asal-usul keberadaan mereka. ...
-
Ada sebuah pepatah yang pernah penulis kenal, “sejarah tidak selalu memihak pada subjeknya”, begitulah yang bisa kita gambarkan mengenai sos...
-
Diantara upacara siklus hidup, upacara perkawinanlah yang paling menjadi ciri khas yang menjadi masterpiece atau maha karya yang membedakan ...
-
Seni tari dalam kehidupan masyarakat kesultanan tempo dulu, setidaknya ada dua yaitu tari kraton dan tari rakyat. salah satu kreasi penting ...
-
(Sepasang Naga yang dimanifestasikan dalam bentuk ukiran tradisional Tidung) Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah situs mengenai Na...
-
(Sultan Kaharuddin II, berkuasa antara 1875 hingga 1889) Dalam keadaan berkabung, Dewan Kesultanan akhirnya mengangkat cucu Sultan Khalifatu...
-
(Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin, Kepala Istimewa Daerah Bulungan yang pertama sekaligus yang terakhir) Bicara tentang sejarah lawas m...
-
(Museum Kesultanan Bulungan) Bicara tentang Bulungan, menurut saya tentunya juga tidak lepas dengan sejarah dan budayanya. ngomong-ngomong s...
-
Seni tari telah menjadi bagian penting dalam budaya Bulungan, bahkan dapat dikatakan seni tari merupakan seni yang paling banyak mengekspres...
-
Mungkin pembaca agak sedikit mengernyitkan dahi begitu mendengar kata Warmond, ya warmond memang terdengar asing bagi masyarakat Kaltim, nam...
Selasa, 30 November 2010
Ragam Seni Tari Tradisional Bulungan
Seni tari telah menjadi bagian penting dalam budaya Bulungan, bahkan dapat dikatakan seni tari merupakan seni yang paling banyak mengekspresikan kelembutan dan ketinggian budaya Kesultanan dan Masyarakat Bulungan tempo dulu. Maka tidaklah heran seni tari tradisional Bulungan memang memiliki banyak ragamnya.
Secara garis besar tari tradisional dibedakan menjadi dua jenis yaitu Tari Istana dan Tari Rakyat. Tari Istana diwakili oleh tari Jugit, yaitu Jugit Paman dan Jugit Demaring , kedunya merupakan tari istana yang sakral walaupun sekilas nampaknya memiliki kesamaan, namun sebenarnya kedua tari itu memiliki perbedaan yang amat kompleks dari segi alat musik dan syair lagu, warna baju dan kain yang digunakan, gerak tangan saat memegang kipas dan selendang, serta peruntukannya untuk apa dan siapa tari itu disuguhkan. Dimasa lampau saking sakralnya tarian ini, tari Jugit Paman hanya boleh disuguhkan kepada Sultan dan di tarikan didalam kraton sedangkan tari Jugit Demaring dapat disaksikan oleh rakyat biasa dan boleh disuguhkan diluar kraton.
Selanjutnya adalah tarian tradisional masyarakat diantaranya ada tari Blunde’ atau Blundik, kemudian tari Mance atau Bemance’ dan tari Bagun. Blunde’ atau blundik merupakan tari tradisional bulungan yang sudah hampir jarang sekali ditemukan konon bentuk tari ini hampir sama dengan tari enggang dari suku Dayak, tidak menggunakan bulu enggang seperti umumnya melainkan hanya menggunakan tangan biasa dan kostumnya yang paling khas adalah ikat kepala, baju kebaya dan tapih (kain) yang digunakan hingga menutup lutut. Tari ini konon diciptakan oleh Datuk Perdana dan syairnya menggunakan bahasa Kayan Pimping, barulah kemudian syairnya diciptakan ulang dalam bahasa melayu oleh Datuk Abdul Aziz yang berjudul “Pinang Sendawar”.
Tari Mance atau Bemance, disebut juga tari silat, geraknya hampir sama dengan bentuk silat pada umumnya namun lebih luwes dan lebih berupa tarian yang disuguhkan sebagai bentuk hiburan, dimasa lampau Bemance merupakan kegemaran sebagaian besar pemuda bulungan.
Kemudian ada juga yang disebut tari Bangun, tari ini merupakan tari magis dan sakral dan tujuannya untuk memanggil kekuatan alam sebagai media penyembuhan, biasanya diperuntukan untuk mengobati orang-orang sakit dimasa lampau, walaupun saat ini masih sering dimainkan, sifatnya sudah bergeser menjadi bagian dari seni tari murni walaupun nuansa magis dan sakral tetap bisa dirasakan. Tari Bangun memiliki setidaknya tiga bantuk yaitu: Ngala Bedua’ (dimaksud untuk mengambil semangat si sakit), Betujul (memberi makan sesuatu yang gaib) dan yang terakhir Persembahan.
Selain bentuk tari tradisional seperti yang penulis sebutkan di atas, masih ada lagi tari yang populer dikalangan masyarakat Bulungan yaitu tari Zapin atau Jepen dalam dialek masyarakat Bulungan, tari Jepen Bulungan lahir dari proses yang panjang dari interaksi agama Islam dengan penduduk suku Bulungan. Jepan yang dimiliki masyarakat Bulungan murni kreasi para seniman sekaligus para pendawah dimasa lampau, Jepen ini menjadi sangat special karena sering muncul atau dimainkan dalam setiap hajat masyarakat khususnya pesta rakyat atau acara perkawinan, bila tak ada Jepen rasa tak lengkaplah acara tersebut, begitulah istilah orang Bulungan menyebutnya. Jepen Bulungan memiliki empat variasi bentuk yaitu: Jepen Serimpot, Jepen Surung Dayung, Jepan Ketemu dan yang terakhir Jepan Sirung (Sorong).
Demikianlah sekilas mengenai seni tari dan ragamnya, semoga tulisan ini dapat berguna untuk kita pada umumnya dan khususnya untuk mereka yang menggali seni Budaya Bulungan.
Sumber: Wawancara pada tanggal September 19, 2010, 3:23:00 AM. dengan pengajar tari tradisional Bulungan, Ibu Iyay (Qamariyah), yang merupakan putri dari Datuk Aziz Saleh Masyur (DASMAN) salah seorang seniman multy talent yang pernah dimiliki oleh Kabupaten Bulungan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar