Entri Populer

Senin, 21 Juni 2010

Datuk Mohammad Saleh gelar Datuk Perdana bin Datuk Mansyur.


Sejarah banyak diukir oleh orang-orang besar yang berjasa, mungkin kalimat tersebut tepat pula kita sematkan pada salah seorang putra terbaik Bulungan ini, beliau adalah Datuk Mohammad Saleh gelar Datuk Perdana bin Datuk Mansyur. Putra dari Mangkubumi Bulungan ini lahir di Tanjung Palas pada tahun 1895.

Datuk Perdana ternyata dimasa mudanya suka merantau keberbagai negeri untuk menuntut ilmu, pendidikan pertamanya adalah Sekolah Rakyat di zaman Belanda, rasa haus akan ilmu membawa langkahnya mengembara sampai ke negeri Langkat dan berguru dengan Syekh Ibrahim Haitami, dengan rahmat Allah Swt. pula beliau menjadi orang yang ahli tidak hanya dalam hal agama tapi juga bahasa, beliau setidaknya diketahui mengusai Bahasa Arab dan Belanda dengan sangat fasih, selain itu beliau juga seorang yang hafadz Al-Qur’an.

Datuk perdana kemudian pulang ke Bulungan, beliau kemudian di tunjuk sebagai District Hoofd van Tanjung Palas pada tahun 1933 hingga 1935. Antara rentang tahun 1936 hingga 1937 beliau aktif membina pengajian yang dilaksanakan dirumah beliau di Tanjung Palas, konon beliaulah yang mencari anak-anak tersebut untuk didik dengan biaya beliau sendiri.

Nasib manusia telah di tulis dalam kitab-Nya, ayah beliau, Mangkubumi Kesultanan Bulungan atau Regent van Bulungan Datuk Mansyur bin Datuk Muluk kemudian berpulang ke Rahmatullah pada 15 Agustus 1938. Beliau kemudian diamanahi sebagai Menteri ke II Kesultanan Bulungan atau De Tweede Landsgroote hingga masa penyerahan kedaulatan dan bergabungnya Kesultanan Bulungan dalam pelukan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1949.

Di era kemerdekaan peran Datuk Perdana semakin cemerlang, ia ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Urusan Agama Kabupaten Bulungan. Ada peristiwa unik pada saat itu, maklumlah beliau termasuk perintis kantor Jawatan Urusan Agama Kabupaten Bulungan yang pertama, segalanya serba kekurangan mulai dari alat kantor hingga rumah beliaulah yang digunakan sebagai kantor.

Datuk Krama, salah seorang putra beliau pernah menceritakan pada penulis bagaimana dulu kaki lima rumah beliau digunakan sebagai kantor yang hanya dibatasi dengan meja saja, bila berkunjung ke rumah beliau, penulis kadang terharu bila berada dikaki lima rumah tersebut, bayangkan saja seorang Mentri Kesultanan Bulungan, untuk membangun kantor Jawatan Urusan Agama saja serba kekurangan.

Pada tahun 1951, Kantor agama itu pun akhirnya dipindah ke Tanjung Selor dengan menyewa rumah tuan Qorban Hussein. Karena saat itu segalanya masih serba kekurangan, apalagi kantor agama terdiri dari 4 bagian sedangkan kepala dan personalianya belum terisi secara penuh, sesuai SK bersama Sultan Bulungan, Maulana Muhammad Djalaluddin II dan Kepala Kantor Urusan Agama Nomor 01 tahun 1951 beliau kemudian menjabat sekaligus sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Kabupaten Bulungan, Kepala Pendidikan Agama Kabupaten Bulungan, Kepala Penerangan Agama Kabupaten Bulungan dan Kepala Peradilan Kabupaten Bulungan tentu dapat dibayangkan bagaimana repotnya beliau saat itu, apa lagi diusianya yang tidak lagi tergolong muda.

Walaupun begitu beliau menjalani hari-harinya dengan tenang dan bersahaja, asam garam kehidupan telah lama beliau jalani. Disela kesibukannya beliau sempat pula menulis sebuah risalah sejarah dengan mesin ketik yang sudah uzur. Naskah ketikan beliau yang berjudul “Risalah Riwayat Kesultanan Bulungan th 1503 M atau th 919 H.”, kemudian menjadi karya penting mengungkap sejarah Kesultanan Bulungan, salah satu cendra mata yang beliau tinggalkan untuk terus digali lagi. Beliau kemudian pensiun pada tanggal 1 April 1968.

Datuk Perdana, menjalani hari-hari tuanya dengan sangat sederhana dan bersahaja, terlalu banyak kenangan manis dan kebijaksanaan yang ditinggalkan beliau bagi siapapun yang pernah mengenal beliau dalam hidupnya. Datuk Mohammad Saleh gelar Datuk Perdana bin Datuk Mansyur kemudian pulang kerahmatullah dengan tenang diusia 90 tahun pada hari senin tanggal 05 Oktober 1981 atau 07 Zulhijjah 1401 H di RSU Tanjung Selor. Beliau diantar dengan upacara pemakaman Adat Kesultanan Bulungan, sebagai perhormatan atas dedikasi yang ditunjukannya selama hidupnya.

Beberapa tahun sebelum beliau berpulang, Datuk perdana pernah menulis sebuah syair, mungkin beliau mencoba mengingatkan pada dirinya sendiri dan keluarga yang akan ditinggalkannya bahwa dunia ini memang hanya sekedar persinggahan saja. Penulis sendiri terharu bila membaca syair tersebut, syair yang pendek saja tapi dalam maknanya. sebagai iktibar atau pelajaran, penulis mencantumkan sepotong syair yang pernah beliau tulis itu.

Asmaul ana Saleh Perdana
Menulis syair tidak terlena
Hamba ini orang yang hina
Itulah hidup di alam fana…

Sumber: H.E. Mohd. Hasan dkk,“Sejarah Masuknya Agama Islam di Kabupaten Bulungan”, (Tanjung Selor: Panitia Abad XV H Kabupaten Bulungan. t.th) dan ditambahkan beberapa sumber lainnya.
Foto: Koleksi foto pribadi Datuk Krama, Tanjung Palas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar