blog ini dibuat, sebagai media menggali nilai-nilai sejarah dan budaya Bulungan...
Entri Populer
-
Sejarah terbentuknya sebuah Masyarakat di Kalimantan timur, Khususnya Bulungan tidak lepas dari cerita Legenda asal-usul keberadaan mereka. ...
-
Ada sebuah pepatah yang pernah penulis kenal, “sejarah tidak selalu memihak pada subjeknya”, begitulah yang bisa kita gambarkan mengenai sos...
-
Diantara upacara siklus hidup, upacara perkawinanlah yang paling menjadi ciri khas yang menjadi masterpiece atau maha karya yang membedakan ...
-
Seni tari dalam kehidupan masyarakat kesultanan tempo dulu, setidaknya ada dua yaitu tari kraton dan tari rakyat. salah satu kreasi penting ...
-
(Sepasang Naga yang dimanifestasikan dalam bentuk ukiran tradisional Tidung) Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah situs mengenai Na...
-
(Sultan Kaharuddin II, berkuasa antara 1875 hingga 1889) Dalam keadaan berkabung, Dewan Kesultanan akhirnya mengangkat cucu Sultan Khalifatu...
-
(Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin, Kepala Istimewa Daerah Bulungan yang pertama sekaligus yang terakhir) Bicara tentang sejarah lawas m...
-
(Museum Kesultanan Bulungan) Bicara tentang Bulungan, menurut saya tentunya juga tidak lepas dengan sejarah dan budayanya. ngomong-ngomong s...
-
Seni tari telah menjadi bagian penting dalam budaya Bulungan, bahkan dapat dikatakan seni tari merupakan seni yang paling banyak mengekspres...
-
Mungkin pembaca agak sedikit mengernyitkan dahi begitu mendengar kata Warmond, ya warmond memang terdengar asing bagi masyarakat Kaltim, nam...
Kamis, 15 Juli 2010
Hikayat Kapal Boelongan Nederland
Kalau kawan berkunjung ke Museum Kesultanan Bulungan, kawan akan menemui sebuah foto tua, sebuah foto kapal bernama m.s. "Boelongan"(1915),1053 Br.Reg. Ton. Penulis sendiri sempat mengira bahwa kapal itulah yang bernama “Warmound”, sebuah kapal legendaris milik Kesultanan Bulungan dimasa lampau. Tentang Warmound penulis sudah mengulasnya pada artikel sebelumnya.
Berbeda dengan “saudaranya” Warmound yang legendaris itu, hikayat kapal Boelongan Nederland justru tidak banyak diketahui, padahal dalam beberapa koleksi Tropen Museum, foto kapal Boelongan Nederland justru lebih banyak dari pada Warmound, hal ini tidak lain karena kapal tersebut memang digunakan oleh pejabat kolonial jika berkunjung ke istana Kesultanan Bulungan, Darul Aman. Bahkan dalam sebuah foto, terlihat kapal Boelongan Nederland tampak anggun dengan posisi berlatar belakangkan sungai kayan dengan dikelilingi perahu-perahu panjang yang nampak saat itu dilaksanakan lomba perahu atau dalam bahasa Bulungannya, “Rumba Biduk”. Jika nama Warmound digunakan oleh perancangnya H.S de Vries, diambil dari nama sebuah kota di Belanda, maka Boeloengan Nederland diambil dari nama Bulungan, sebuah Kesultanan di ujung utara pantai timur Kalimantan.
Hikayat “kedua bersaudara” ini memang berbeda nasibnya. Jika Warmound adalah kapal Pesiar, maka Kapal Boelongan Nederland justru dirancang sebagai kapal Kargo.
Kapal Boelongan Nederland dirancang oleh Gebroeders Pot N. V., Bolnes, dari perusahaan perkapalan Belanda; Koninklijke Paketvaart Mij. Kpm, Rotterdam. Kapal Boeloengan Nederland dirancang pada tahun 1915 dengan tujuan sebagai kapal transportasi. Kapal ini memiliki ukuran yang lumayan besar, beratnya saja 1053 ton, dengan dimensi atau ukuran 72,6 x 11,63 x 3,7 m. Nyawa dari kapal ini adalah tenaga pendorong dari mesin 6cyl Werkspoor diesel engine, kekuatan daya jelajahnya 750 b.h.p. dengan kecepatan 8.25 knots.
Kapal Boelongan Nederland sebelum masa kedatangan Jepang sering terlihat di Bulungan sebagai kapal transportasi pejabat kolonial waktu itu, namun masuk dekade 1940-an, kapal ini diketahui berada diluar Kalimantan.
Salah satu peristiwa penting yang dikait-kaitkan dengan kapal Boelongan Nederland adalah peristiwa tenggelamnya kapal yaitu KPM “VAN IMHOFF”, yang isinya adalah kebanyak para tawanan yang terdiri dari orang-orang Jerman. KPM “VAN IMHOFF” adalah kapal ketiga yang berangkat dari kota Sibolga, Sumatra. Pada tanggal 18 januari 1942, kapal dengan berat 3000 ton itu berlayar menuju india, kebanyakan para awaknya adalah orang Jerman yang ditahan oleh Belanda.
Penahanan mereka sendiri tidak lain karena 10 Mei 1940 prajurit Jerman menginvasi Belanda dan pada hari yang sama Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia membalasnya dengan menahan sebanyak 2.436 orang Jerman untuk ditahan. Kebanyakan dari mereka adalah anggota administrasi kolonial bersama dengan keluarga mereka, ahli budaya, insinyur, dokter, ahli ilmu pegetahuan, ahli minyak bumi. Dan juga diplomat, banyak misionaris, penjual, pelaut, beberapa seniman seperti penemu sekolah lukis Bali yang terkenal, Walter Spies, ada diantaranya. Kamp pengasingan terbesar berada di Sumatera Utara.
Kapal yang berangkat tersebut, kapten kapalnya bernama Bongvani, dengan jumlah tawanan 477 orang Jerman dikawal dengan ketat sebanyak 62 orang tentara bersenjata dan para kru kapal yang yang berjumlah 48 orang. Anehnya sebagai kapal tawanan, kapal ini tidak melengkapi dirinya dengan simbol palang merah, seolah-olah memang diumpan untuk dihancurkan tentara Jepang -tak lain adalah sekutu Jerman sendiri- yang tengah bergerak ke Asia Tenggara. Dan betul saja keesokan harinya kapal itu dibombardir dari udara oleh Jepang, dari tiga bom yang dilepaskan, satu mengenai kapal “VAN IMHOFF”, para tentara Belanda justru kemudian menarik sekoci dan meninggalkan tawanan Jerman yang dihantam sekutunya sendiri itu, sebelumnya orang Belanda telah merghancurkan pompa air dan jaringan komunikasi kapal tersebut, ada juga yang sengaja mematahkan dayung dari sisa sekoci yang mereka tinggalkan.
Akibatnya tidak sedikit dari tawanan tewas, yang selamat berusaha berenang dan menaiki sisa sekoci yang ditinggalkan tentara Belanda dan kru kapal “VAN IMHOFF”, nasibnya juga mengenaskan karena tidak sedikit dari mereka yang “disikat” ikan hiu, ada juga dari mereka yang memilih bunuh diri. Keesokan harinya tanggal 20 Januari 1942, sebuah kapal bernama “BOELONGAN”. yang tak lain adalah kapal Boelongan Nederland mendekati puing-puing kapal “VAN IMHOFF” yang tenggelam itu, beberapa tawanan yang selamat mencoba menaiki kapal tersebut, namun malang nasib mereka, orang Belanda diatas kapal justru meninggalkan mereka begitu tahu para tawanan itu orang Jerman, bahkan ada beberapa orang sempat menaiki kapal kemudian dilempar kembali ke lautan. Tidak banyak dari mereka yang selamat selain beberapa puluh orang saja yang sampai kepulau Nias.
Inilah yang kemudian menjadi awal petaka bagi kapal Boelongan Nederland, sekutu Jerman, yaitu tentara Jepang ternyata membalas perbuatan orang Belanda tempo hari itu, tak banyak bicara begitu mereka menemui Kapal Boeloengan Nederland di sekitar perairan Padang, tentara Jepang langsung membombardir kapal tersebut. Tentu saja bagi Jepang terbayarlah sudah dendam kesumat sekutu mereka orang-orang Jerman yang lunas nafasnya dikapal “VAN IMHOFF” yang jaraknya cuma beberapa hari dari kejadian itu. Maka habislah pula riwayat kapal Boelongan Nederland yang megah sekaligus lambang supremasi kolonial Belanda di Bulungan itu tepat pada tanggal 28 Januari 1942 didekat perairan Padang.
Sumber:
http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman
http://www.arendnet.com/ MV Boelongan (+1942)
www.wrecksite.eu
Foto:
Museum Kesultanan Bulungan.
Tropenmuseum Wikipedia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar